Siti Wulandari

by Siti Wulandari

Wed, 19 August 2015

Karakter Industri Fotografi

Karakter Industri Fotografi

Artikel ini adalah tulisan ketiga dari rangkaian enam tulisan yang dibahas dalam jurnal BERKARIR DI FOTOGRAFI.

 

Karakter Industri Fotografi

Suatu waktu saya memotret pasangan pengantin, mulai dari awal hingga akhir mereka menjalani keseluruhan proses pernikahan. Setelah saya perlihatkan hasilnya, baik pengantin maupun keluarganya bisa merasakan kembali secara intens, momen-momen terindah dan mengharukan dalam foto seolah mereka benar-benar masuk dan mengulang kembali kejadian tersebut. Bagi saya, itu adalah keajaiban. Kita membuat imaji, yang mempertunjukan sesuatu, menangkap dan mengabadikan emosi serta ekspresi mereka, membangkitkan kenangan masa lalu dalam sesuatu yang mereka suka dan cinta. Dan saya dibayar untuk membuat itu semua!

 

Ada hal lain yang membuat industri fotografi merupakan suatu keajaiban untuk kita sebagai individu. Dunia fotografi adalah dunia yang sangat demokratis dan mudah dimasuki oleh setiap orang. Peralatannya berharga, dari yang paling murah hingga ke yang paling mahal. Walaupun pengertian mahal di sini adalah pengertian yang sangat subjektif, akan tetapi dibandingkan dengan alat bantu karir lain, peralatan fotografi bisa dibilang tidak terlalu mahal. Karena sebenarnya banyak peralatan fotografi yang tidak benar-benar kita perlukan, tapi tersedia di toko-toko yang ‘menggoda’ kita untuk membelinya.

 

Demikian juga banyak cara untuk mendapatkan keahlian fotografi, baik melalui pendidikan formal maupun nonformal. Itu berarti setiap saat semua orang bisa masuk ke dalam industri ini dengan mudah dan pada saat sebuah foto diperlihatkan, kita akan melihat suatu karya di mana kita tidak akan peduli siapa fotografernya dari sisi umur, ras, gender, bahkan apakah dia menggunakan Canon ataukah Nikon. Orang hanya akan melihat apakah foto itu menarik, indah atau unik. Dan pada saat itulah perlahan sang fotografer akan diperhatikan oleh pasar.

 

Apakah kita bisa masuk ke profesi ini setiap saat? Bisa. Saya masuk ke profesi ini, sebagai hobbyist (karena pada saat itu masih berprofesi lain), yaitu saat usia saya sudah mencapai 56 tahun. Pada saat saya pensiun di usia 59 tahun, saya mulai serius mempunyai usaha kecil di bidang fotografi. Kenapa? Karena tidak semua profesi bisa mendatangkan uang yang sekaligus sebagai hobi.

 

Jadi, bersiaplah dengan keajaiban dunia fotografi sebagai salah satu karekter industri ini. Selain itu, bisa dibilang saat ini untuk masuk ke industri fotografi, rintangannya terbilang kecil. Dengan modal yang terbatas, seseorang bisa masuk dan berhasil. Konsekuensinya adalah setiap fotografer profesional yang sudah terlebih dahulu berkecimpung di dalamnya, harus tidak pernah berhenti belajar seumur hidup, karena sifat persaingannya yang tinggi.

 

 

Dengan demikian apakah saya masih berkesempatan untuk maju dan besar di usaha ini? Tunggu kelanjutan jurnal BERKARIR DI FOTOGRAFI dalam tulisan keempat saya yang berjudul KARIR SEUMUR HIDUP, tentunya hanya di www.kotakimaji.com.

Career In Photography,

comments powered by Disqus